Hari ini banyak sekali gadis-gadis muda Jepang yang bersileweran di jalan-jalan menggunakan kimono yang begitu cantik. Ya, hari ini siapa saja yang genap berusia 20 tahun, maka mereka ikut merayakan hari pengukuhan sebagai orang dewasa. Hari ini, yaitu hari Senin kedua dalam bulan Januari, kalender Jepang berwarna merah karena hari ini adalah hari seijin no hi (成人の日).
Ketika anda berumur 20 tahun apakah ada sesuatu yang berbeda terjadi dalam diri anda ? Saya lupa, pada umur 20 tahun apakah saya merasa dewasa saat itu. Rasanya saya terlalu sibuk kuliah sehingga tak merasa pergantian kedewasaan.
Bagi orang Islam, kata dewasa atau baligh dikenal ketika anak perempuan telah mengalami haidh, yang rata-rata berumur 12-15 tahun. Dan bagi anak laki-laki telah bermimpi. Biasanya pada kondisi ini terjadi perubahan hormonal dalam tubuh kita, misalnya jakun bagi anak laki-laki dan suara yang berubah menjadi `gagah`, ngga cempreng. Secara biologis terjadi perubahan dalam tubuh kita, pun semestinya terjadi perubahan dalam psikis, misalnya egoisme, tanggung jawab, dan perilaku orang dewasa lainnya.
Di Jepang, umur 20 tahun ditandai dengan kebolehan minum sake, merokok, atau menyetir mobil. Remaja yang pada umumnya duduk di bangku kuliah tingkat dua ini, hari ini datang ke sekolah dasar (SD) tempat mereka belajar dulu untuk bertemu dengan teman-teman sekolahnya dulu. Acara utama pada hari ini selain merayakan kedewasaan juga semacam reuni. Untuk keperluan hari ini, ibu-ibu biasanya memesan di kimono di perentalan kimono setahun sebelum hari H. Seorang teman saya bercerita bagaimana sibuknya ibu-ibu mereka membuat janji dengan salon jauh-jauh hari sebelum hari seijin. Kimono yang dipakai hari ini memang berbeda dengan kimono biasa. Kimono dengan lengan menjuntai panjang, obi besar yang gemerlap sangat mahal harganya. Di perentalan saja paling murah sekitar 10 ribu yen. Kalaupun memaksakan untuk membeli, maka orang tua harus menyiapkan dana sekitar 100- 130 ribu yen. Ini yang paling murah mungkin
Populasi kaum muda di Jepang menurun, berbanding lurus dengan kualitasnya. Beberapa hari yang lalu di sebuah stasiun TV swasta disiarkan kaleidoskop ekonomi dan pendidikan Jepang yang dibandingkan dengan negara-negara OECD di tahun 2007. Terlihat sekali Jepang mengalami kelesuan ekonomi yang mengimbas pada pendidikannya juga.
Dalam sebuah survey antar negara OECD 2006 yang melibatkan 400 ribu siswa berusia 15 tahun tentang kemampuan memahami bacaan, math, dan sains, terlihat hasil yang mengagetkan, bahwa hanya 8% anak-anak Jepang yang tertarik dg sains dan berminat bekerja di bidang sains. Sementara rata-rata negara OECD adalah 25%.
Remaja yang merayakan hari kedewasaannya hari ini, di antara mereka ada yang terkategorikan NEET (Not in Employment, Education or Training) yaitu kalangan berusia 15-34 tahun yang tidak sedang sekolah, bekerja atau mengikuti training. Jumlahnya diprediksi sekitar 10% dari populasi Jepang, atau sekitar 800 ribu lebih.
Mereka juga sebagian tergolong freeter yaitu angkatan kerja yang tidak punya pekerjaan tetap atau dikatakan hanya bekerja 4,9 hari per minggu dengan gaji tahunan sekitar 139 ribu yen. Golongan ini muncul pada tahun 1987 ketika ekonomi Jepang mengalami kejayaan, banyak lapangan kerja tersedia, tetapi generasi mudanya enggan bekerja ala robot seperti ayah dan kakeknya (generasi tua yang membawa kejayaan Jepang). Angka freeter di tahun 2002 sekitar 2 juta dan diprediksikan akan mencapai 10 juta pada tahun 2014 jika tak ada perbaikan kondisi pendidikan dan kerja di Jepang.
Anak-anak yang hari ini merayakan kedewasaan tidaklah salah dalam hal kemunduran negeri ini. Tetapi banyak faktor yang saling kait sehingga membawa kepada kemerosotan. Perjalanan negeri ini seperti sebuah kurva sebaran normal, di mana puncak telah terjadi di tahun 1987, dan sekarang pergerakan menuju ke arah lembah. Jika sejarah bangsa hanya ditetapkan sebagai sebuah kurva sebaran normal yang tak berulang, maka Jepang kelihatannya tak bisa bangkit. Tetapi jika sejarah bangsa adalah seperti gelombang air laut, maka kejayaan itu akan kembali suatu saat.
YuKi says: "sedikit sedih c gw baca artikel ini.... tapi kehidupan mang pasang surut... gw yakin jepang bisa kok untuk bangkit!!! seperti yg mereka selalu lakukan!!! dan gw yakin INDONESIA juga BISA!!! SEMANGAT!!!"
Tidak ada komentar:
Posting Komentar